Jumat, 13 Maret 2009

Belajar demokrasi dan Pemilu


pada tulisan yang lalu saya menulis tentang " Hutan Caleg" mungkin sebuah protes saya yang tidak tersalurkan kemana, atau kepada siapa saya mesti bertanya.
Pemilu semakin dekat, tetapi pemahaman akan proses pengambilan suara dan fungsi Caleg itu untuk apa, dari mana mereka, mereka bisa apa, dan mereka bekerja untuk siapa? masih selalu menjadi pertanyaan umum dikalangan masyarakat bawah.
padahal, nasib bangsa ini akan di tentukan dalam hitungan hari lagi.
foto disamping adalah barusan saja saya mengikuti sosialisasi UU pemilu dan Politik yang mengadakan KESBANG LIMNAS OKU bersama KPUD OKU. saya berangkat mewakili dari akademisi AKMI Baturaja tempat saya mengajar.
pada kesempatan selama 2 hari yang dilaksanakan ruang seminar Hotel Nirata dengan nara sumber dari Bp. Djoko Siswanto Dosen FISIP Unsri dan dan ibu Ummi sebagai ketua KPUD OKU.
dari beliau berdua saya bisa sedikit simpulkan ada point yang membuat saya jadi paham dan mungkin sosialisasi ini seharusnya dilakukan jauh hari sehingga saya sebagai warga masyarakat bisa untuk memberikan penerangan kepada ibu-ibu pengajian, anak-anak didik saya di Bangku SMA, dan mungkin paling terdekat para bapak-bapak yang setiap hari saya temui yang notabene keseharian mereka hanya pegang pisau sadap.
Suatu sistem dari coblos berubah ke budaya cotreng menggunakan alat tulis, apakah ini melahirkan "KESUKSESAN" PEMILU RAYA.................?
Jawabnya.... kita mencoba membuat sebuah perubahan.
Menurut informasi yang saya terima cara coblos ini di dunia ini tinggal 2 yaitu Indonesia dan Camerun.
bisa di bilang kita tergolong terbelakang atau tertinggal.
tapi menurut Pak Djoko ini hanya sebuah gengsi. Saya sependapat dengan beliau. Kenapa, seharusnya kira berjiwa besar dengan melihat realitas di masyarakat dengan tingkat pendidikan yang masih dalam tahap membangun, tidak meratanya dunia pendidikan dan pekerjaan, sehingga orang terbiasa dengan alat tulis masih dibilang bisa hanya berapa % dari total penduduk negeri ini..............ITU KENYATAAN
TETAPI.............
Apakah kita tidak bisa merubah keadaan atau lebih jelasnya "MEMAKSA MERUBAH SISTEM" yang mungkin notabene masih bersifat gambling.
Setidaknya kita bersyukur atas kondisi saat ini. yang menurut saya dulu teori Demokrasi yang mengedepankan ASAS LUBER tapi kita di kebiri dalam memilih atau menyuarakan hati nurani.
Demokrasi hanya simbol tapi Impoten dalam pelaksanaan
banyak pemimpin negeri ini pada masa Orde Baru " hanya SENDIKO DAWUH" dari Presiden. Menteri dan DPR hanyalah BONEKA Presiden. Peraturan dan Perundangan harus mendapat persetujuan dari Istana cendana.
sekedar kenangan pahit saja
Ayah saya adalah seorang petani yang ketika datang ke wilayah transmigran ini adalah seorang PNS guru SD dari Kabupaten Wonogiri.
Karena Bapak seorang PNS SD maka ada semacam keharusan, saya tidak tau itu tertulis atau tidak peraturan tersebut. Guru Wajib mencoblos GOLKAR
karena Bapak mempunyai prinsip LUBER dan memilih PPP, bapak di panggil ke kanwil. dan bapak diancam ditunda kenaikan pangkat.
belum sudah rasa kecewa atas perlakuan tersebut bapak setiap akan naik pangkat "HARUS ADA UANG PELICIN" untuk proses.
sosok pribadi Bapak memang sederahana dan kuat memegang prinsip Aqidah Islam bapak menyatakan "MUNDUR" dari PNS.
setelah itu bapak off sekitar tahun 1990.
ternyata efek tersebut tidak hanya seketika lewat.
tahun 1999 saya kuliah smt 3 di IKIP Semarang sekarang menjadi UNNES, saya mendapat kesempatan " Baasiswa dari PT Gudang garam" dan salah satu syarat saya harus melampirkan "surat keterangan tidak mampu dari desa"
Saat itu saya mencoba datang kekelurahan. dan sungguh pahit dan sakit "MAAF MBAK KAMI TIDAK BISA KASIH"
alasanya apa? saya bertanya pada petugas
"Maaf Mbak, apa tidak salah kami kasih surat tersebut, wong bapak mbak bisa kuliahkan anak"
setelah saya telisik, titik masalah adalah karena bapak dianggap "BEDA" karena bapak keluar dari PNS dan COBlos GOLKAR masalahanya.

Itu sebuah kenangan saja. Bahwa sebenarnya Demokrasi hanya isapan jempol belaka.
sekarang kita hidup di era Reformasi yang kelahirannya menurut pak Djoko sebuah kecelakaan alias tanpa konsep yang jelas, atau lebih gampang lahir tanpa bidan profesional. yang penting lahir.
Maka tidak heran dari tahun 1998 sampai sekarang masih banyak tambal sulam malah kadang terkesan lebih parah kondisinya ketika masa orde baru.
Sekedar info juga Info juga, Negara kita tergolong negara yang demokrasi ke 3 setelah Amerika Serikat dan india.....bangga ya sebagai warga negara indonesia....
walau.....untuk mewujudkan demokrasi harus di bayar mahal, karena sistem pemilihan langsung sampai ke daerah terkecil sekalipun. dan tidak menutup kemungkinan akan ada kebocoran dana, korupsi pengadaan logistik, mark up biaya operasional.
sekarang Kenangan lagi kalo kita menuju Demokrasi yang arahnya masih penyempurnaan.
Pemilu tahun 1999 diikuti 48 partai
pemilu tahun 2004 diikuti 25 partai
sekarang tahun 2009 akan dikuti 44 partai

betul-betul meriah sebuah "kata PESTA"
dan sistem Pemilu ini "MENGEDEPANKAN SUARA TERBANYAK" tidak melihat nomor urut lagi, intinya siapa yang meraih suara terbanyak dialah yang berhak melenggang ke kursi Dewan maupun Senayan
Info lagi di OKU induk pada pemilu ini dikuti 37 partai Politik dengan jumlah CAleg 615 orang yang akan memperebutkan 35 kursi yang diambil 1% dari total jumlah penduduk oku sekitar 35.000.
siapa yang intens dengan masyarakat, siapa yang dikenal maka dialah yang akan terpilih
semoga Masyarakat kita tidak memilih karena uang, bantuan, Material, apalagi janji-janji yang mungkin akan dilupakan ketika mereka menikmati empuknya kursi Anggota dewan.
asas pemilu ini "Free Faight Competition"

untuk soal cara pengambilan suara ada PERPU no 19 2008 yang mana ada beberapa tindakan dianggap syah pada surat suara adalah sebagai berikut :
  1. contreng.... (pada gambar partai, no urut caleg or sebalah nama caleg)
  2. Silang...... dianggap syah bila titik persilangan pas pada gambar partai or no urut caleg
  3. Coblos........... dianggap syah bila di gambar partai atau no urut caleg atau sebalah nama caleg
  4. strip........ dianggap syah bila di gambar partai atau nama dan no urut caleg
jadi ga bingung lagi ya...
selamat memilih sesuai hati nuranimu
suaramu atau 1 contrenganmu menentukan nasib Bangsa hingga 5 tahun yang akan datang


2 komentar:

YULYADI mengatakan...

ORANG DARI JAWA TIDAK PERNAH MEMBERI PUTRA DAERAH KESEMPATAN DARI BERBAGAI ASPEK YANG DI MENGERTI NYA KESERAKAHAN PADAHAL KALAU TIDAK HIDUP DI DAERAH KAMI KEHIDUPAN KALIAN PASTI MASIH DI BAWAH GARIS KEMISKINAN. BUDAYA KAMI KALIAN ACUH KAN . BUDAYA KALIAN KALIAN TONTONKAN
MANA RASA KALIAN , MANA TATAKRAMA LIAN HIDUP NUMPANG DI TANAH ORANG JADI ORANG TRANS TIDAK AKAN KAMI AKUI SEBAGAI PUTRA SUMATRA KALIAN NYA BATU SANDUNGAN KAMI......

YULYADI mengatakan...

orang berasal dari pulau jawa selalu kurang , ingin semua dapat pasilitas dari pemerintah daerah . dan yang seharus nya 80 % untuk orang pribumi
sedangkan kami pribumi selalu di butakan impormasi tingkat kecaman . hanya di proritaskan untuk orang trans . kami merasa di jajah dan pula lebih naip nya lagi warga trans tidak mau memahami budaya penduduk asli . selalu membawa budaya asal .
ingat kalian hidup di tanah kami . sebelum indonesia ada kami sudah ada. kalian EGOIS................